Friday, July 28, 2006

PUISI PENGANTAR TIDUR

Garis tipis di bawah bibirmu
Aku suka…

Bola matamu yang bening
pancarkan cinta, memeluk rinduku
siang dan malam.

Jihan,
Kugapai kau dalam khayalku
Hari ini, esok dan sampai seluruh rambut ini memutih…

***

Ketika tanganmu melingkar di bahuku,
Saat remang menghias tubuhku terbaring
Dan ketika detak jantungmu tak beraturan
antara menerima dan menolak kenyataan
itu adalah kerinduan yang t’lah lama bersembunyi
di antara mistery dan kenyataan…

Kalau saja ku bisa berlari
Mengadukan nasib ke Sang Khalik
Maulah aku menerobos dingding
Memorakporandakan tembok yang menghadang
Tapi aku adalah mahluk pengecut
Yang bersembunyi di balik ketaatan dan kebaikan yang nisbi
Siapakah aku ini?

Thursday, July 27, 2006

Memori Melody Nurani

Langkahmu dengan pasti datang ke sini. Tapi untuk apa? Sebab, di balik kelopak matamu, tak kutemukan kerinduan. Padahal, tahukah engkau, sejak pagi, hingga semua orang menatapku menjadi curiga, mataku nanar ke sana ke mari mencari sosokmu. Tapi, ah…!

Kau tahukah, malam-malam yang kulalui, di antara sengatan derita khan ketidak pastian perjalanan hidupku, aku selalu mencari jiwamu untuk memeluk jiwaku. Tapi sekali lagi, ah…! Hatiku telah kau lukai dan kau bunuh perlahan…

Kini, kucoba untuk bertahan, mempersatukan jiwamu dan jiwaku, kendati tidak dalam wujud nyata dalam kehidupan ini, karena seperti kataku, tidak, tidak mungkin kita bersatu kecuali dalam hayal dan bayangan.

Aku tidak bermaksud menyamakan kehidupan Khalil Gibran si Atheis yang memorakporandakan kehidupan cinta. Dia bilang cinta itu tidak ada. Tapi tahukah kau, bahwa semua tulisannya adalah CINTA?

Tapi kendati aku tidak melihat kerinduan di matamu, sejak dulu kubilang, cinta tidak menuntut…Dan, ah, harus kubuang kemana pikiran tentang cinta ini…? Ah, kendati kesempatan untuk membuang pikiran tentang cinta ini ada, tetapi aku yakin tidak akan mampu melakukannya, karena kutahu, hanya itu yang kumiliki, dan hey…enyahlah kau pria sialan, yang membuatku merana. Mengapa aku harus mengenalmu dan hey, adakah kau pernah merasakan betapa perih hari-hari yang kujalani hanya mengenang dirimu?

Wednesday, July 26, 2006

Kekasih Jiwaku

Kekasih jiwaku...
Inikah waktunya untuk pulang?
Inikah saatnya buat kembali?
Dan adakah yang disebut perpisahan?
Ah, aku tak ingin ada air mata...

Karena kendati hari kemarin, kini, atau esok
menyapa kita dengan sebutan makhluk hidup,
kita tetaplah hanya partikel-partikel debu yang beterbangan dan berputar-putar di dalam kehampaan abadi...
yang di sana, kita hanya bisa menyerah dan patuh...

Cinta yang kita banggakan atau kebahagiaan yang kita impikan,
bukan berasal dari kita dan bukan pula kepunyaan kita
Semua itu tak pernah ada dalam diri kita,
kecuali dalam kehidupan itu sendiri...

Karena itu, tersenyumlah sayang...
Tersenyum bersama kenangan yang pernah terukir..
Ketika jiwamu dan jiwaku hidup bersama-sama di satu kebahagiaan yang menyedihkan...
Karena kalaulah engkau pahami, betapa senyummu menyimpan pengakuan tentang siapa engkau bagi diriku..

Ya....siapakah engkau bagiku?
Engkaulah kebutuhan jiwaku yang terpenuhi.
Engkaulah ladang hati, yang dengan kasih kutaburi
dan kupungut buahnya penuh rasa terima kasih.
Aku menghampirimu di kala hati gersang kelaparan,
dan mencarimu dikala jiwa membutuhkan kedamaian.
Engkaulah sahabat yang senantiasa memperkaya jiwaku.

Karena itu,
izinkan aku menuai cinta di kesunyian yang sepi ini,
Jangan, jangan buatkan aku andung-andung perpisahan
Karena akan membuatku ragu akan sayapmu yang mampu terbang ke balik awan, menyaksikan jiwaku dan jiwamu,
Tapi bukan berada dalam terowongan yang digali pendeta...
Karena,
mungkinkah pendeta menjadikan kita satu cabang dari pohon kehidupan...?
satu kata dalam bibir Tuhan..?
Masih ragukah engkau sayang?

Percayalah kekasih...
Kendati lidah kehidupan terdiam kaku...
Engkau slalu berada dalam lingkaran cahaya
yang awalnya adalah akhir dan akhirnya adalah awal.
Lingkaran itu slalu mengelilingi dan t’rus memelukmu...
Karena akulah lingkaran itu...