Tuesday, May 28, 2013

Di antara hatimu-hatiku

tak kujanjikan menara emas
pun  istana berpintu 100 yang menghadap danau toba
juga taman yang ditumbuhi mawar 99 rupa.

tak kusebutkan akan menyematkan cincin bertahta berlian ke jari manismu, saat pendeta mensahihkan :

aku milikmu
engkau milikku
(dia berucap : “hanya kematian yang akan memisahkan kalian “)

yang kuingat,
aku menjemputmu, dengan hatiku

jantungku dan degubnya, akan kuletakkan sesisi dengan hatimu dan jantungmu. Kedua jantung kita akan beriring dan akan mendendangkan keabadian cinta yang terajut, bahkan sebelum kita menjadi penghuni dunia...

kala itu, telah kukosongkan jiwa,
segala jiwa yang menghuni pikiranku
 dan mengisinya dengan jiwamu—menyatu  dan menjadi satu.

Sunday, May 19, 2013

T E A R S
Sekejab mataku melintas ke jari manismu,
sorot matamu, masih seperti dulu, seakan ingin melumat habis bibirku
tak jera juga engkau mencuri dari kejauhan,
dan dibenakmu timbul pikiran untuk merampok jiwaku
dan membawanya ke mana engkau pergi.

hingga waktu meninggalkan tengah malam
tak lelah jarimu menekan tuts-tuts
melahir ribuan puisi yang tak sempat kau bisikkan ke telingaku
dan tanpa sadar, dua tanganmu berkelana, tapi tetap dalam khayalmu
mengelus seluruh uban yang ada di kepalaku

kau rindukan suaraku, dan tetap merindukan sosokku
kendati hanya bisa lewat mimpimu,
dan ketika kau tersadar, matamu menjadi basah
dan tenggorokanmu melahirkan musik kesedihan
bunyi suling di hatimu meniupkan, "andai aku disampingmu"

ah,
dari dulu kukatakan padamu
cinta adalah misteri,
dan setiap pasangan yang dilahirkan saling menyintai,
tidak dipersatukan dengan perkawinan...

***
Selamat hari Minggu (19/5 2013)

Saturday, April 13, 2013

Dokumen Surat Cinta

Kutembus kegelapan malam
kuhalau dinginny angin
kuseruduk macetnya lalulintas
kuabaikan keinginan abang yang sakit keras dan sangat ingin kudampingi
untuk
menepati sebuah janji
karena kukatakan, "Aku pasti dating."

Ternyata
jantung berdegup kencang
sirkulasi darah naik-turun tak terarah
ah,
mengapa terjadi, di usia yang menapak senja
harus kecewa pada sesuatu yang tak salah

Dia tak salah
dan pasti benar
tapi harus begitukah kejadiannya?
Pertanyaan gila dan tak logis

Kini
terucap kata
terima kasih atas kesan indah dan teramat indah
telah banya tempat kita lalui bersama, dan begitu mengesankan

Bila dan jika hari itu tiba, kuucapkan "Selamat berbahagia"
semoga langkahmu senantiasa menapak kebahagiaan yang langgeng

bila pun kita tak jumpa lagi
kebahgiaan yang pernah hadir dalam diri kita akan terpatri dalam keabadian dalam hidp pun dalam kehidupan yang lain

Salam
HA Ximenes

Friday, March 08, 2013


PINOMAK DI NIPINGKI
(OLEH : Laris Naibaho)
***
Jumpang ma hita annon bodari di nipingki
Asa taendehon ima ende na rap hita manggurithon
namanorsahon sasude pardalan ni holongta i
Sian mulai jumpang sahat tu saonari

Sai marsigorgor rohangki
Naeng manganotnoti bohimi
Dang tartaon au be, asa tumibu manghaol ho
Huhut mangumma hurung mi
naeng husiphononhu tu sipareonmi
“Dang muba rohangki hasian".

Reff.
Atik pe ro udan haba-haba
Sillam dohot ronggur
Laho mangarupakkon portibion
Anggo holong hi
Dang lao muba
Dang lao mose

Roma ho hasian tu nipingki
Asa rap taendehon ende hasomalantai
Holan ho
Holan Ho

Tuesday, January 01, 2013

di antar hatimu hatiku


tak kujanjikan menara emas
pun istana berpintu 100 yang menghadap danau toba
juga taman yang ditumbuhi mawar 99 rupa.

tak kusebutkan akan menyematkan cincin bertahta berlian ke jari manismu, saat pendeta mensahihkan :

aku milikmu
engkau miliku
(dia berucap : “hanya kematian yang memisahkan kalian “)

yang kuingat,
aku menjemputmu, dengan hatiku
jantungku dengan degubnya, akan kuletakkan sesisi dengan hatimu dan jantungmu.

Kedua jantung kita akan beriring dan akan mendendangkan keabadian cinta yang terajut, bahkan sebelum kita menjadi penghuni dunia...

kala itu, telah kukosongkan  jiwa,
segala jiwa yang menghuni pikiranku dan mengisinya dengan jiwamu—menyatu dan menjadi satu.

***
(I Love you, because you are)

Namamu Terukir di Telapak Tanganku


karena aku mendambakan
kehidupan abadi yang tak diukur

...dengan detik
...dengan menit
...dengan jam,
...dengan hari
...dengan bulan

atau
dengan tahun

aku ingin mengarungi angkasa luas
yang tanpa batas
menjelajah planet yang satu
ke planet lain,
‘ku menyadari,
waktu di sini, kendati diriku masih bermakna bagimu
tapi terlalu singkat untuk penuhi kewajiban
pada Sang Khalik...

usah ragu,
tidak hanya di sini,
di planet lain, apakah di Mars, di Venus,
atau di Pluto
‘kan kuciptakan jejak langkah, yang bisa kau singgahi kelak...

kebun-kebun yang indah dan rindang,
kembang berwarna-warni
telaga-telaga yang jernih
dan itu semua adalah persembahanku padamu
‘tuk engkau nikmati
sebagai ukiran cinta padamu

karena kalaulah engkau tahu,
t‘lah terukir  namamu di telapak tanganku
***(ama Ronald)

Monday, December 31, 2012


CINTA SEJATI

Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan dihati

Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati

Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi

Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi

***
(Khalil Gibran)


Namamu Terukir di Telapak Tanganku


karena aku mendambakan
kehidupan abadi yang tak diukur

...dengan detik
...dengan menit
...dengan jam,
...dengan hari
...dengan bulan

atau
dengan tahun

aku ingin mengarungi angkasa luas
yang tanpa batas
menjelajah planet yang satu
ke planet lain,
‘ku menyadari,
waktu di sini, kendati diriku masih bermakna bagimu
tapi terlalu singkat untuk penuhi kewajiban
pada Sang Khalik...

usah ragu,
tidak hanya di sini,
di planet lain, apakah di Mars, di Venus,
atau di Pluto
‘kan kuciptakan jejak langkah, yang bisa kau singgahi kelak...

kebun-kebun yang indah dan rindang,
kembang berwarna-warni
telaga-telaga yang jernih
dan itu semua adalah persembahanku padamu
‘tuk engkau nikmati
sebagai ukiran cinta padamu

karena kalaulah engkau tahu,
t‘lah terukir  namamu di telapak tanganku
***(ama Ronald)


Cerpen

“ CEWEKNYA MAU, COWOKNYA MAU JUGA, TAPI MALU-MALU”

Taman bunga yang menghampar di depan, serta gemericik kali Ciliwung mampu menahan langkah mereka.
Si cewek, dari balik kacamatanya yang min seperempat sering mencuri pandang mengamati pria ganteng berwajah keras dan kumis yang tebal.
Sang cowok mau. Tapi malu.
Sang cewek mau juga. Tapi malu-malu.
Mereka bertatapan. Sama-sama malu.
Sang cewek tersenyum manis. Tapi sang cowok memalingkan wajah karena malu.
“Kau suka udara seperti ini?“  sang cewek memulai.
“Iya, aku suka. Hampir menyerupai kampungku.“
“Kau suka air Ciliwung?“
“Iya. Suaranya mirip sungai di kampungku. Aku akan gubah lagu kenangan,“ ujar si cowok, masih tetap dengan malu-malu.
“Lagu kenangan?“
“Iya!“
“Kenangan apa?“
“Kenangan akan peristiwa ini.“
“Taman dan suara Ciliwung kau maksud sebagai peristiwa?“
“Iya. Dan juga yang lain.“
“Yang lain mana maksudmu?“ sang cewek mendesak pingin tahu.
Sang cowok tersipu malu. Ia tak sadar. Rahasianya terungkap. Tapi sang cewek suka.
“Ah, lupakan saja. Maksudku…ah, sudahlah, ” seru sang cowok dengan mengajak sang cewek untuk kembali ke tempat di mana kawan-kawannya menunggu.
“Tunggulah, Bang. Aku rasanya ingin menyatakan sesuatu. Sesuatu yang aku pikir, tempat ini menjadi saksi untuk mendengarnya.“
“A...a...Aku belum siap. Kau mau menundanya?“
“Tidak. Aku akan duduk di sini, yah di sini, sebelum kau mau mendengarnya,“ ujar Sang cewek sambil meremas tangannya sendiri.
“Kau serius?“ tanya sang cowok dengan suara kecil gemetar.
“Aku serius. Sungguh!“
“Haruskah di sini itu kau sampaikan?“
“Yah. Aku suka tempat ini, seperti kau juga menyukainya. Maksudku kita sama-sama menyukai tempat ini. Karenanya, aku ingin menyatakan sesuatu di sini.“ Uajr si cewek serius,  dengan dada turun naik menahan nafas.
“Katakanlah. Katakan yang ingin kau katakan,“ kata Sang cowok.
“Bang..., aku tidak tahu mengapa. Aku sebenarnya sudah punya kekasih. Kami sudah pernah berciuman. Maksudku, pipiku sudah pernah dikecupnya. Tetapi rasanya hambar. Hambar sekali. Begitu kulihat dan kita berkenalan, rasa-rasanya keinginan seperti itu timbul lagi. Maksudku, aku ingin itu kau lakukan padaku. Ah aku jadi malu, Bang!“
“Baiklah. Kita mempunyai hasrat yang sama. Taman Bogor ini menjadi saksi peristiwa ini. Cuma jangan sampai kau beritahu Albiker. Aku bisa dituduh pengecut.“
Sang cowok dan cewek itu lalu berikrar. Aku dan kau satu. Kita dua, tetapi satu. Kita kembali ke Jakarta dan kita menghadap orang tuamu.“ Married was built in heaven.“
***
 (arsip 1989)

Malungun tu Dainang


marsak do ho inong di pudian ni ari, andorang  so ditopot ho Panompa mi,
sipata doi  alani pangalaho ni pinomparmu, mambaen bagas jut ni roham
olo muse do, ala dibege sipareonmu,  nahurang sidabuan ni anak dohot  boru
na tinubuhonmi, di huta parserahan, na so ra holsoan, nang pe sai marhoi-hoi ho
di huta hatubuan, inganan ni anggi-anggi andorang tubu tu hasiangan on.

diholtingho do inong siubeonmu, huhut diorui ho harbue sanggomak tu sanggomak
sian sipaha sada sahat tu sipaha sia,
otik sian  sinarim marrengge-rengge dipaharuar ho sian baluang mi,
dipamasuk ho tu bulu potonganmu, asa adong jamahononmu
laho  pangoli nang pamuli sude na sian siubeon mi.

dung marhabong au inong, jala tarbaen au habang
sian ombun na marembas di tonga-tonga ni langit,
mangaranap simalolong hi, naeng manghasiholi
pasaut sangkap na mian di ate-atem na dipatolhasmu
andorang so dirgak dope simajujung hi…

hape dang tarjorat au ho, ai nunga mangarade ompu mula jadi nabolon
di jou ho hatop tu lambung-Na,
lao paias pahean-Na,
manggorgori paridian-Na,
mandampol  sude ngalut ni daging-NA
huhut mangendehon ende :

‘sonang di lambung na,
sonang na ro tusi’

manettek ilukki inong, mangingot sude parsorionmu
na mangalaosi tao silalahi,
manghaliangi dolog ni tigaras
manganju umbak ni haranggaol
suang songoni alogo ni tulas na songon haba-haba.

dang mabiar ho inong,
 mandalani golap-golap di huta :
sungai bulu, bengkel, perbaungan, lubuk pakkam,
sipata so diingotho naung male siubeonmu
nangpe naung marsori-sori ho di parrengge-renggeanmu
sian manogot sahat tu bot ari,
asal ma adong tongosonmu tu anak hasian na marboru ni ibotomi.

e, tahe, inong, inong namalo manganju
naeng pajojoron hu sude na buni  di atek-atekki,
alai ilukki sai maraburan, mangambati nanaeng sipatolhasonki
sonang  ma ho inong di bagas ni ompu mulajadi nabolon i
na burju jala parasi roha i.
modom ma au
ro maho inong tunipikki.

c c c


Sertai  aku menyanyi dengan Gitarmu

Wednesday, March 23, 2011

Mimpiku kacau...

Mimpiku kacau...

tidurku kini tak lagi nyenyak
mimpi-mimpiku membuatku takut
aku sungguh-sungguh takut...

mungkinkah karena engkau telah melupakanku
mungkin karena hatimu telah berpaling ke yang lain
atau
mungkinkah ini hanya bunga-bunga tidur
karena aku merindukan senyummu
merindukan pelukanmu
dan...
atau sebaliknya,
karena engkau sangat merindukanku?

Kalau karena engkau merindukanku
aku akan segera meng-angkasa
dan hinggap di dahan pohon yang kokoh di samping jendela kamarmu
dan aku akan turun pelahan, mengendap, lalu membuka jendela kamarmu
dan aku akan mendekatkan bibirku ke telingamu, lalu membisikkan kata-kata cinta yang selalu kau rindukan ke luar dari bibirku...
*by Laris Naibaho*

My dream chaotic ...

My dream chaotic ...

now no longer my sleep soundly
my dreams scare me
I'm really scared ...

maybe because you have forgotten me
maybe because your heart has turned to another
or
This could only sleep flowers
because I miss your smile
miss your arms
and ...
or vice versa,
because you really miss me?

If it because you miss me
I'll be right to space
and perched on a sturdy tree limb beside your window
and I will go down slowly, settles, and then open your window
and I'll bring my lips to your ears, and whispering words of love that you always miss out from my lips ...  

* by Laris Naibaho *

kugapai dirimu melalui angan dalam siangku,


 kugapai dirimu 
melalui angan dalam siangku,


sepi,
ingin ku petik gitar, dan nyanyikan lagu abadi kita

"na Sonang do hita nadua",
 untuk hilangkan rasa penat
 dan duka yang tak kunjung lenyap dari hati dan pikiranku

ingin ku lenyapkan bayang mu,
ingin ku dusta diriku
dan mengajak hatiku untuk melupakan sekaligus membencimu,
tapi semakin kucoba,
semakin dalam rinduku dan ingin berlari mengejarmu agar kita bersama seperti dulu.

tapi, dirimu yang kini telah menetap di keabadian
yang hanya bisa kugapai melalui angan dalam siangku,
dan mimpi di tidurku...

kekasih hati, pria dambaan ku, dan balutan cintaku,
adakah kau di Sana  menatapku dan merindukan saat-saat kita nyanyikan lagu abadi kita...

" na sonang do hita nadua,
saleleng au rap dohot ho..."

ah,
aku tidak kuasa menjalani hidup ini,
setiap saat, setiap nadi kehidupan dan tarikan nafasku
bayangmu dengan seluruh cinta yang kau berikan padaku tak bisa lekang,
haruskah kukatakan padamu,

"jemputlah aku sayang,
jemputlah aku kekasih tubuhku
jemputlah aku  kekasih jiwaku
aku tak kuasa sendirian di sini...
engkau tentu tak ingin pipi ini
menjadi sungai air mata
hanya dan karena selalu mengenang mu..."
***
Oleh : Laris Naibaho

Karena Cinta Tidak Menuntut

Karena Cinta Tidak Menuntut

Akhirnya, ku menyadari dirimu begitu jauh dari kebutuhan jiwaku,
tatapan matamu,
dari caramu berbicara
dari senyummu, dan
dari seluruh gerak-gerik mu

saat ini,
ketika langit biru berubah warna
ketika tanah tempat berpijak tak lagi memihak jiwa yang kerontang
di ujung sana, memang ada seberkas sinar
sinar yang kendati hanya berkedip-kedip,
namun memberi harapan
dapat menyinari langkah untuk lalui hidup ini

Oh,
tataplah mataku,
genggamlah tanganku
mari jalani dan lalui segalanya dengan cinta
dengan cinta, aral apa pun pasti akan menyingkir
dan menyuruh kita untuk lewat
menuju dermaga cinta
dan dari sana, kita akan berlayar dengan perahu
menuju pulau kebahagiaan.

Mimpi kah aku?


Mimpi kah aku?

Berdua kita menyusuri pantai
yg bergelimang butiran pasir dan riak ombak bersahutan itu,
sesekali kita berlari kecil, lalu berteriak menyuarakan suasana hati
kita yg dibalut  kebahagiaan.

Ketika kaki  kita lelah melangkah,
kita duduk berdampingan, menatap arakan embun
yang menari di kaki langit, seolah mendukung keabadian cinta
yang menyatu antara dirimu dan diri ini.

"Aku tidak akan pergi," katamu sambil meremas jari tanganku.

"Sungguhkah itu?" tanyaku sedikit ragu.

"Aku memang akan pergi suatu saat, tapi bukan sekarang..." jawabmu
singkat.

Pikiranku bekerja keras memaknai kata-katamu, karena engkau menyatakan
akan pergi, padahal sudah puluhan tahun kita bersanding, menjalani
hidup, dan merawat 'buah hati' yang dititipkan Sang Khalik pada kita.

"Aku memang tidak ingin perpisahan, tetapi bila itu  terjadi, engkau
harus tabah, dan merelakan ku pergi..." ujar mu lembut, sambil memandangi
laut yang tak bertepi.

"Maksudmu?"

"Aku mengasihimu lebih dari diriku. Bukan karena apa-apa. Tapi
sesungguhnya, karena kau memang tercipta untukku..."

"Aku tahu itu..."

" Jujur, aku tidak bisa hidup tanpamu, denganmu hidup ini terasa nyaman,
 damai,  dan pikiranku selalu mabuk kepayang, bergairah bila dekatmu.,"

"Kalau begitu, mengapa engkau sebut, bahwa akan ada waktunya
meninggalkanku, dan pergi..."

"Karena itulah perjalanan hidup..." ucap mu, dan lalu kemudian engkau
mendaratkan  kecupan tipis di bibirku.

Aku ingin membalasnya, tapi tiba-tiba engkau tak lagi ada di sampingku.
Aku berteriak memanggil-manggilmu, ke manakah kau sayang?

***