Monday, December 31, 2012


Cerpen

“ CEWEKNYA MAU, COWOKNYA MAU JUGA, TAPI MALU-MALU”

Taman bunga yang menghampar di depan, serta gemericik kali Ciliwung mampu menahan langkah mereka.
Si cewek, dari balik kacamatanya yang min seperempat sering mencuri pandang mengamati pria ganteng berwajah keras dan kumis yang tebal.
Sang cowok mau. Tapi malu.
Sang cewek mau juga. Tapi malu-malu.
Mereka bertatapan. Sama-sama malu.
Sang cewek tersenyum manis. Tapi sang cowok memalingkan wajah karena malu.
“Kau suka udara seperti ini?“  sang cewek memulai.
“Iya, aku suka. Hampir menyerupai kampungku.“
“Kau suka air Ciliwung?“
“Iya. Suaranya mirip sungai di kampungku. Aku akan gubah lagu kenangan,“ ujar si cowok, masih tetap dengan malu-malu.
“Lagu kenangan?“
“Iya!“
“Kenangan apa?“
“Kenangan akan peristiwa ini.“
“Taman dan suara Ciliwung kau maksud sebagai peristiwa?“
“Iya. Dan juga yang lain.“
“Yang lain mana maksudmu?“ sang cewek mendesak pingin tahu.
Sang cowok tersipu malu. Ia tak sadar. Rahasianya terungkap. Tapi sang cewek suka.
“Ah, lupakan saja. Maksudku…ah, sudahlah, ” seru sang cowok dengan mengajak sang cewek untuk kembali ke tempat di mana kawan-kawannya menunggu.
“Tunggulah, Bang. Aku rasanya ingin menyatakan sesuatu. Sesuatu yang aku pikir, tempat ini menjadi saksi untuk mendengarnya.“
“A...a...Aku belum siap. Kau mau menundanya?“
“Tidak. Aku akan duduk di sini, yah di sini, sebelum kau mau mendengarnya,“ ujar Sang cewek sambil meremas tangannya sendiri.
“Kau serius?“ tanya sang cowok dengan suara kecil gemetar.
“Aku serius. Sungguh!“
“Haruskah di sini itu kau sampaikan?“
“Yah. Aku suka tempat ini, seperti kau juga menyukainya. Maksudku kita sama-sama menyukai tempat ini. Karenanya, aku ingin menyatakan sesuatu di sini.“ Uajr si cewek serius,  dengan dada turun naik menahan nafas.
“Katakanlah. Katakan yang ingin kau katakan,“ kata Sang cowok.
“Bang..., aku tidak tahu mengapa. Aku sebenarnya sudah punya kekasih. Kami sudah pernah berciuman. Maksudku, pipiku sudah pernah dikecupnya. Tetapi rasanya hambar. Hambar sekali. Begitu kulihat dan kita berkenalan, rasa-rasanya keinginan seperti itu timbul lagi. Maksudku, aku ingin itu kau lakukan padaku. Ah aku jadi malu, Bang!“
“Baiklah. Kita mempunyai hasrat yang sama. Taman Bogor ini menjadi saksi peristiwa ini. Cuma jangan sampai kau beritahu Albiker. Aku bisa dituduh pengecut.“
Sang cowok dan cewek itu lalu berikrar. Aku dan kau satu. Kita dua, tetapi satu. Kita kembali ke Jakarta dan kita menghadap orang tuamu.“ Married was built in heaven.“
***
 (arsip 1989)

No comments: