Friday, September 08, 2006

Hanya Dirimu Dan Engkau saja


HANYA DIRIMU, DAN ENGKAU SAJA

“Tutup matamu dan tataplah aku,”ujarmu kala itu.

Akupun patuh, bahkan, amat patuh!

Kini kupandangi dirimu, karena bumimu, bukan lagi bumiku. Dan begitu lamanya, tak kulihat lagi sang Rajawali sipenakluk angkasa, juga tak kutemui lagi ia merambah bumi dimana air kehidupan mengalir dalam diam seribu bahasa.

Ya, demikian lama tak kulihat lagi dirimu yang dulu meratapi kerajaan ayahanda yang duduk dipundak kehidupan dalam sendiri dan kesendirian..

Oh, mataku semakin letih. Kendati demikian aku tak meliaht lagi engkau yang menjadi cahaya matahari, menghangatkan tiap sudut istana sang ayah...

Kucari...

lalu tak kulihat lagi dikau yang dahulu menanggalkan kehendak egomu ntuk menertawai hari-hari, agar tak pernah ada hari-hari menertawai orang-orang di dekatmu.

Kendati aku sudah berlalu....

Semua yang berlangsung dalam panggung jiwamu masih bergetar ke tempat di keabadianku…dan pelipuran akan segera dilahirkan oleh kesaksian, karena begitu banyak yang harus dibanggakan, termasuk air matamu...

Seandainya kau bukan butir gandum yang tumbuh di ladang ayahandamu, niscaya gadis-gadis kecil yang lapar itu tak kan menemukanmu, dan dengan biji-bijimu, mereka menyingkirkan tangan sang ajal dari diri mereka…

Kalau saja kau bukan buah dikebun ayahandamu, niscaya perempuan yang lapar dan haus itu, tak kan bisa memetik dan melahapmu...
Pabila kau bukan seekor burung di angkasa, tak kan ada tiga bocah lapar dan dahaga memburumu dan dengan tubuhmu, mereka menyingkirkan bayang-bayang kuburan dari raganya…
Ah, andai saja ketika itu telinga kemanusiaanmu terkunci, kecuali untuk jeritanmu sendiri..

Andai saja dahulu kalian semua hanya menjerit, akankah jeritan itu mampu menghalangi sisa hidup mereka?

Dan akankah air mata kalian yang dahulu itu mampu memuaskan kehausan mereka?
Biar, biarlah hasian...

Hari itu akan tiba,

Ketika mereka berdiri menatap manisnya kasih dan pahitnya kedukaan yang tampak ke luar dari pusara seorang pemuda yang menebus hidupnya demi kehidupan di kerajaan, bahkan di ladang sang ayah.

Dan di keabadian inipun akan terkenang tentang seorang arjuna yang memberi hidupnya
untuk orang-orang yang nyaris kehabisan hidup.

Lalu terciumlah harum namamu yang bertebaran dari relung hatimu yang menjadikan mereka merdeka dalam cahaya siang dan ketenangan malam.

Hingga akhirnya,
bersyukur adalah bagianmu hasian...

Karena
Engkaulah tarikan nafas lautan,
engkaulah air mata langit
dan
engkaulah senyuman bumi.
***
(Aha do alana,
dia do bussirna
hasian...
Umbahen sai muruk ho tu ahu
sipata sitik so ada nama i
dibaen ho mangarsak au

Molo adong nasala,
manang na hurang pambahenanhi
sai anju ma au, sai anju ma au,
ito na lagu...)

No comments: