Tuesday, September 19, 2006

Melintasi hatimu

MEMORI MELINTAS HATIMU

Senja mulai bergulir setelah berhasil mengusir siang
Dan malampun merambat pasti…
Rintik hujan tak menghentikan langkahmu ntuk menggandengku menyeberang jalan itu…

Sempat kubisikkan nyanyian musim di telingamu…
Buktinya kau bahkan menghapus titik-titik hujan di pelupuk mataku
Yang nyaris tergelincir…

Daaa…
Mikrolet yang kau hentikanpun membawku pergi jauh darimu…

Lama…

Hingga Hilton dilumuri senja kemerahan


(Mengapa jiwaku bergetar
sedang kau tepat di depanku…)

Adakah kau lihat lagi sisa rintik hujan yang masih membekas?

Kali ini kau biarkan,
entah karena nyanyianku masih bersembunyi di balik kesadaranmu…

Bulan mulai membulat…

Tapi kitapun tak kunjung bosan membelah malam,
Menjadi dua cermin retak

Dipantulkannya kita saling mencari
seperti ada yang hilang, sementa kita tak ingin cengeng pada nasib
Dimana kita pernah melepaskannya…

Lalu katamu,
(“Kau yang berhak…
Karena di dalam dirimu kutemukan yang kucari,
agar bibirku terkatub dalam kedamaian.”)

Dan,
(Kitapun tiba kembali di ujung jalan itu
bertahun yang lalu… )

Adakah yang bernama kelak kan merangkai
sebaris kenangan yang tak lunas?
Mampukah kita menangkap rahasia yang terlanjur tak tuntas?

Ah, ternyata kita hanya lintasan yang letih dilewati

Tanyamu lirih,
(“Mampukah kau memaknai air mataku?”)

“Ah, andai ku mampu menghitung tiap tetesnya,
kan kureguk hingga tetes terakhir…”jawabku

Tapi kau tetap keras kepala…
Kebenaran yang sudah kau beli, haruskah kau jual lagi?
Tak cukup berartikah kedalaman rinduku, ntuk mewarnai ubanmu?
Tak cukup bermaknakah cahaya yang kutebus dengan redup cermin terbelah ini?

Ya sudah!
Apa boleh buat,
Akupun pasrah!
Adakah yang dapat kita temukan dalam kelam cermin retak,
Bisakah kita menangkap hari-hari yang telah lewat?

Selamat tinggal, kekasih…!

Izinkan aku kembali ke keabadianku yang tak pernah sampai
Dari keabadian ini, aku kan tetap menjadi mataharimu
Karena kutahu,
kendati kau tak dapat menatap langsung ke matahari itu,
namun kau tak dapat memandang apapun tanpa matahari itu.

***

No comments: